Sabtu, 25 Februari 2012

Bersahabatlah Dengan Sang Waktu

Tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan. semuanya pasti akan selesai juga. Kalau karena sesuatu dan lain hal masalah itu tidak terselesaikan – maka masih ada Sang Waktu yang akan menyelesaikannya. Ini bukan perkara lari dari tanggung jawab.  Tetapi – ini bicara soal kemampuan.
Bahwa kemampuan manungsa itu ada batasnya. Ini tidak tak terbantahkan. Oleh karenanya – buat apa memaksakan diri? Berusaha memang harus. Tetapi kalau sudah berdaya-upaya sekuat tenaga – segenap kemampuan telah dicurahkan masih tetap ndak bisa menyelesaikan – maka pasrah adalah satu-satunya jalan.  Ini tidak ditabukan. Malah dianjurkan.
Beruntung kita dilingkupi oleh dimensi waktu. Pun begidu, sering kali kita enggan bersahabat dengannya. Waktu lebih sering kita tempatkan sebagai sesuatu yang membatasi. Dipersalahkan karena seolah tidak pernah mencukupi – dikambing-hitamkan sebab dianggap habis manakala mentok di tengah jalan.
#awaktuSebenarnya ini aneh. Karena waktu itu memang ndak pernah habis. Berkurang pun tidak. Dia akan berjalan, berjalan dan terus akan berjalan. Tidak pernah membatasi. Tidak pernah mentok – kecuali pada saat Sang Pencipta Waktu berkehendak untuk menghentikannya.
Adalah manungsa sendiri yang membuatnya seolah demikian. Manungsa sering alpa. Memandang waktu hanya sebagai deretan angka 1 sampai 12 — seperti putaran jam yang ada di tangan maupun di dinding. Kemudian perputaran bumi pada porosnya dan berevolusinya dikala mengelilingi matahari menyebabkan munculnya istilah hari-minggu-bulan dan tahun adalah juga bentuk kealpaan lain pada diri manungsa ketika memandang sang waktu.
Awal dan akhir. Itulah kata yang tepat untuk Sang Waktu. Diatas semua itu, hanya Tuhan-lah sebagai Sang Pencipta Waktu yang akan menentukan kapan Sang Waktu akan dimentokan. Sementara kata lahir dan mati yang sering dianggap manungsa sebagai pembatas, jelas-lah bukan batas yang sebenarnya. Lahir hanyalah awal dan mati cuma akhir dari kehidupan.
Maka bersahabatlah dengan Sang Waktu. Jangan disia-siakan. Jangan diabaikan. Meski Sang Waktu tidak akan pernah protes, tetapi jika diperlakukan demikian secara terus-menerus, maka jangan salahkan Sang Waktu — bila suatu saat kita akan digilas olehnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar